Wahai saudaraku sebangsa dan setanah air, wahai orang-orang yang tergabung dalam sekte JIL, Ahmadiah, Fremasonry, AKKBB, pejuang solidaritas dengan alasan membela minoritas yang terdzalimi dan yang suka bersembunyi di balik slogan nasionalisme, mengklaim sebagai pembela bangsa dan dasar Negara Pancasila.
Orang-orang beriman sesungguhnya lebih nasionalis dari pada kalian, lebih Pancasilais dari pada kalian. Lebih toleran dari pada kalian. Perjuangan kaum beriman adalah memberantas segala bentuk penyimpangan, dan kemaksiatan. Untuk mempertahankan keutuhan bangsa dan Negara dari segala bentuk perpecahan, timbulnya isme-isme sempalan, sekte-sekte menyimpang yang merusak persatuan dan kesatuan.
Sadarkah kalian, bahwa penyimpangan pemikiran, keyakinan dan impian kebebasan kalian memperjuangkan kesesatan dengan alasan faham pluralisme, liberalisme, sekularisme dan sekterian lainnya dengan dalih memperjuangkan kebebasan HAM, secara tidak langsung telah menjerumuskan kalian menjadi pion-pion kaum zionis Internasional? Yang secara tidak langsung dapat menempatkan kalian menjadi musuh orang-orang beriman yang memperjuangkan kebenaran, mempertahankan persatuan dan kesatuan?
Sadarkah kalian, bahwa selama ini kalian telah disuap, dibiayai, dibela, dan dipuja-puji oleh kaum penjajah dari luar negeri? Sadarkah kalian dengan ditempatkan dalam kehormatan yang semu oleh kaum zionis, dengan janji-janji kemuliaan dan keuntungan duniawi, asalkan kalian dengan suka rela maupun terpaksa bersedia masuk ketiak mereka dan tertipu dalam perangkap mereka? Sadarkah kalian bahwa selama ini kalian telah membantu misi mereka, menjadi kaki tangan mereka, menjadi tunggangan mereka, menjadi intel-intel mereka sehingga mereka mudah untuk menjajah, merusak dan menjarah bangsa ini.
Perilaku kalian yang menyimpang dan selalu membela penyimpangan, telah menyakiti hati rakyat yang beriman, yang cinta kebaikan, yang cinta keutuhan, yang cinta persatuan dan kesatuan. Pemikiran dan tingkah polah laku kalian hakikatnya menjadikan sendi-sendi persatuan bangsa kita terkoyak-koyak.
Sadarkah…
Kami berharap dan berdoa semoga setelah membaca isi berita ini, kalian akan tersadar dan mau berbenah diri, bahwa selama ini kalian telah dijadikan pion-pion mereka, kaki tangan mereka, kuda tunggangan mereka dan antek-antek mereka untuk menebarkan fitnah permusuhan di antara kita, sehingga kita tidak sempat untuk mewujudkan cita-cita luhur kita, membangun dan menciptakan kemakmuran negeri kita, karena selalu disibukkan untuk terus menerus mendebat kalian, mencerahkan hati dan meluruskan penyimpangan perilaku kalian, berbantah-bantaahan dan saling menyakiti. Mari kita kembali ke jalan Ilahi yang diberkati dalam bingkaian nKRI yang kita cintai. (Dhani)รจ Sebarkan
Konspirasi Global Penghancuran & Pembangkrutan Perekonomian
Skenario Global
Syahdan, pada tahun 1987 yang lalu, di Jekyll Island – sebuah pulau kecil di negara bagian Georgia, Amerika Serikat, tempat didirikannya Federal Reserve oleh tujuh bankir Yahudi pada tahun 1910, berkumpulah tokoh-tokoh bankir internasional ahli-waris pendiri Federal Reserve dan sindikatnya, di bawah koordinasi Alan Greenspan yang ketika itu baru saja dilantik oleh Presiden George Bush sebagai Presiden Federal Reserve.
Pertemuan rahasia tahun 1987 itu juga merupakan pertemuan rahasia untuk pencanangan ‘Penghancuran Ekonomi Asia Timur & Asia Tenggara,’ yang dalam kurun waktu 1977-1987 dianggap telah mengancam dominasi ekonomi negara-negara Barat – terutama Amerika Serikat – yang berada dalam kekuasaan Zionisme Internasional.
Berkaitan dengan pertemuan rahasia tersebut, John Naisbitt – yang dikenal sebagai seorang pakar futuristik – me-launching harapan bagi Bangsa Asia mengenai akan terjadinya ‘Keajaiban Asia’ dan memasarkan jargon ‘Millennium Ke-tiga Milik Asia’ ke seluruh dunia, terutama ke Asia sendiri, melalui bukunya yang ketika menjadi best-seller: ‘Megatrends 2000.’
Menyusul kebanggaan dan euphoria para pemimpin Asia, termasuk para pengusahanya, yang mengarah kepada ‘megalomania’ sebagai dampak dari kampanye yang sangat terarah dan sistematis di Asia Timur & Asia Tenggara itu, maka mulai awal dasawarsa 1990-an masuklah ‘umpan’ pinjaman luar negeri (offshore loan) dari para bankir internasional kepada perusahaan-perusahaan besar di Asia Timur & Asia Tenggara dengan persyaratan yang sangat mudah. Ketika itu, berbondong-bondonglah pengusaha swasta Asia, termasuk para konglomerat Indonesia (dan juga Pemerintah Indonesia melalui lembaga multilateral bantuan keuangan bagi Indonesia), memanfaatkan tawaran yang sangat menggiurkan ini, tanpa menyadari bahwa pinjaman tersebut berjangka pendek dengan suku bunga cukup tinggi.
Tepat di awal tahun 1997, menjelang peringatan ‘100 Tahun Kongres Pertama Zionis Internasional’ di Basel, Swiss, George Soros – pendiri dan pemilik kelompok bisnis global ‘Quantum Group’ yang tercatat di Kepulauan Carible (yang telah mencengkeramkan pengaruhnya di dunia bisnis Indonesia, khususnya di bidang media massa, perminyakan, dan consumer goods) – memborong dollar Amerika Serikat dari seluruh pasar uang Asia, terutama Asia Timur dan Asia Tenggara. Padahal, pada tahun 1997 itulah justeru pinjaman-pinjaman yang pernah diterima oleh perusahaan-perusahaan swasta dan negara-negara Asia Timur & Asia Tenggara – termasuk bunganya – harus mulai dilunasi. Tanpa ampun, nilai dollar Amerika Serikat melonjak tinggi hingga ke tingkat yang belum pernah terjadi dalam sejarah moneter sebelumnya.
Dampaknya tidak tanggung-tanggung. Seratus persen perusahaan swasta peminjam di Asia Tenggara, termasuk – yang paling parah – di Indonesia, tidak mampu mengembalikan pinjaman beserta bunganya, dan bangkrutlah mereka. John Naisbitt – dengan entah siapa yang berdiri di belakangnya – telah sangat berhasil mem-‘bombong’ (Jawa) atau me-‘nyungkun’ (Sunda) bangsa-bangsa dan pengusaha-pengusaha Asia Timur &Tenggara, khususnya Indonesia, untuk ‘berinvestasi’ dengan ‘dana mudah’ yang ‘tidak murah,’ dan sekaligus meruntuhkannya di tahun 1997.
Tribalisme dan Thesis-Antithesis
Sebenarnya, di tahun 1994 John Naisbitt juga muncul lagi dengan buku barunya, ‘Global Paradox,’ yang membahas secara ilmiah tentang kecenderungan dunia untuk menganut faham ‘tribalisme’ atau ‘faham kesukuan picik.’ Oleh beberapa pakar ekonomi-sosial-budaya negeri tercinta ini, buku ini difahami sebagai ‘ralat atas buku John Naisbitt terdahulu’ (yakni ‘Megatrends 2000’). Padahal, naskah utama ‘Global Paradox’ sebenarnya telah disiapkan bersamaan dengan penulisan ‘Megatrends 2000.’ Artinya, ‘kesalahan’ bahwa ‘Keajaiban Asia’ akhirnya tidak menjadi kenyataan dan ‘Millennium Ke-tiga Ternyata Bukan Milik Asia’ memang sengaja dirancang dari awal, karena tujuan penulisan ‘Megatrends 2000’ hanyalah sekedar untuk ‘membesarkan semangat’ atau mem-‘bombong’ atau me-‘nyungkun’ bangsa-bangsa Asia Timur & Asia Tenggara untuk berlomba-lomba berinvestasi dengan modal pinjaman luar negeri; dan hal ini telah berhasil sangat gemilang.
Menurut John Naisbitt, kecenderungan akan tampilnya ‘Macan-macan Asia’ memang diskenariokan sebagai sesuatu yang ‘pasti’ akan terjadi, sebagaimana ia berpendapat bahwa ‘Millennium Ke-tiga Milik Asia,’ yang ternyata hanya ‘isapan jempol’ belaka. Tapi, ‘isapan jempol’ ini pun sengaja diskenariokan pula; ditambah dengan promosi konsepsi baru mengenai pemecahbelahan bangsa-bangsa melalui apa yang disebutnya sebagai faham ’tribalisme.’
Mengenai faham ‘tribalisme’ ini, sasaran utamanya tidak lain adalah pemecahbelahan. Penerapan strategi pecah-belah (devide et impera) yang sangat sukses dilakukan oleh ‘Illuminati-Yahudi’ terjadi atas
Pada tahun yang sama, Soros mendirikan ‘Soros Foundation’ di beberapa negara bagian
Tentu saja strategi pecah-belah itu tak akan berhasil bilamana tidak ada jejak-tapak ‘dendam historis’ yang menyelimuti pihak-pihak yang bertikai di Yugoslavia. Soros sangat mengetahui hal itu, dan ia sendiri memiliki ‘dendam historis’ terhadap orang-orang Kroatia – yang pada Perang Dunia II berpihak pada Nazi Jerman. Ketika itu, Soros ‘remaja’ pernah dikejar-kejar oleh Nazi di Budapest, Hungaria, tanah kelahirannya.
Soros juga berhasil melakukan strategi pecah-belah di Uni Soviet sejak tahun 1980-an melalui kolaborasi dengan Raisha Gorbachev, isteri Mikhail Gorbachev (lahir 2 Maret 1931 di Privolye,
Pada tahun 1848, Karl Marx (lahir 5 Mei 1818 di Trier, Provinsi Rhine, Prusia; meninggal 14 Maret 1883 di London, Inggeris) – seorang keturunan Yahudi yang nama lengkapnya adalah Moses Mordechai Marx Levi – dalam ‘Manifesto Komunis’ yang ditulisnya di bawah pengarahan dan pembiayaan Illuminati-Yahudi yang diwakili oleh Frederick Engels, juga pernah meramalkan bahwa pertentangan kelas di negara-negara kapitalis pasti terjadi hingga terbentuknya masyarakat sosialis. Sementara itu, Professor Karl Ritter dari Universitas Frankfurt menulis antitesisnya, juga di bawah pengarahan dan pengawasan cabang llluminati-Yahudi lainnya. Setelah Ritter mati, pekerjaan ini dilanjutkan oleh seorang filosof Jerman lainnya, yaitu Friederich Wilhelm Nietzsche. Nietzsche merangsang dan membantu berkembangnya ’rasisme,’ sebagai antitesis ’komunisme.’
Ternyata, ramalan Karl Marx itu pun meleset dan bahkan faham sosialisme dan komunisme pun hancur berantakan bersamaan dengan hancurnya Uni Soviet karena politik ‘glasnost’ (keterbukaan) dan ‘perestroika’ (reformasi ekonomi)-nya Mikhail Gorbachev.
Tapi Anda jangan salah faham dulu, bahwa kehancuran tersebut adalah kegagalan faham sosialisme dan komunisme, melainkan semuanya memang diskenariokan menurut strategi thesis-antithesis (selalu menciptakan dua sistem yang saling bertabrakan) versus faham katitalisme dan liberalisme; yang jika tiba saat yang paling tepat, salah satu di antaranya harus dikalahkan.
Sebagaimana Karl Marx di abad ke-19, John Naisbitt nampaknya tidak lebih daripada seorang ‘kontraktor’ Illuminati-Yahudi di akhir abad ke-20 untuk menulis dan menyosialisasikan ‘Kebanggaan Semu Bangsa-Bangsa Asia’ agar lebih mudah ‘dibangkrutkan’ dan ‘dihancurkan.’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar